Tradisi Gubyek Iwak Sarana Silaturahmi Warga Pepe Digelar Jelang dan Pasca Panen

Tradisi Gubyek Iwak Sarana Silaturahmi Warga Pepe  Digelar Jelang dan Pasca Panen

MAGELANGEKSPRES.COM, PURWOREJO - Warga Desa Pepe Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo memiliki tradisi unik untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama warga. Tradisi itu adalah Gubyek Iwak (cari ikan bersama-sama) yang digelar menjelang ataupun sesudah panen. Sejak pagi sejumlah warga Desa Pepe tampak berduyun-duyun ke saluran irigasi yang berada di desa setempat. Mereka tampak bersemangat menyambut hari bahagia yang selalu ditunggu-tunggu oleh warga setempat yakni agenda Gubyek Iwak. Konon, tradisi tersebut sudah dilakukan secara turun temurun sejak nenek moyang mereka. Dipercaya, tradisi tersebut menjadi salah satu kearifan lokal untuk merekatkan tali silaturahmi antar warga desa setempat. Menjelang siang, pintu saluran irigasi terbuka dan air berangsur-angsur surut pesta Gubyek Iwak artinya siap digelar. Ratusan warga yang datang tampak sudah bersiap ditepi saluran irigasi dengan berbagai perangkat seadanya yang akan digunakan untuk menangkap ikan. Kepala Desa Pepe, Ngadino mengungkapkan, kegiatan ini selalu menyedot animo masyarakat. Tidak hanya warga Pepe yang antusias untuk ikut bersama turun saluran irigasi. Banyak juga yang datang dari desa sekitar yakni Desa Sekartejo dan Tunjungrejo. \"Agenda ini merupakan salah satu tradisi yang ditunggu-tunggu oleh warga masyarakat. Karena betul-betul menjadi ajang silaturahmi bagi warga masyarakat,\" tandasnya. Dikatakannya, sejumlah ikan yang diperebutkan di arena tersebut merupakan ikan yang secara alami hidup di saluran irigasi. Setiap tahun, melalui ajang Gubyek Iwak inilah kesempatan warga untuk memanennya. Ikan-ikan yang berhasil ditangkap warga seperti nila, tawes, lele dan berbagai ikan tawar lainnya. Selain menjadi ajang silaturahmi, tradisi tersebut memiliki pesan moral bagi warga masyarakat untuk terus mencintai dan merawat lingkungan. Pasalnya, saluran irigasi tersebut merupakan sarana vital yang menopang kehidupan ratusan hektar sawah yang mengalir dari Kemiri hingga Prigelan Pituruh, Tunjungtejo hingga Pepe. \"Ini merupakan tradisi tinggalan nenek moyang yang terus dilestarikan karena memiliki pesan yang cukup penting tentang bagaimana mencintai lingkungan seperti menjaga saluran air agar debitnya terjaga serta pentingnya menjaga ekosistem yang ada didalamnya,\" katanya. Air sudah banyak memberikan manfaat kepada masyarakat. Sudah semestinya manusia menjaganya. Minimal tidak mencemarinya dan memperlakukan dengan sebaik-baiknya. \"Jika kita memperlakukan alam dengan baik, alam juga akan memberikan yang terbaik bagi kita. Tidak sebaliknya menjadi bencana yang merugikan manusia,\" katanya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: